Imam Ahmad atau yang lebih dikenal Imam Hambali mempunyai nama lengkapnya Ahmad bin Muhammad bin Hanbal bin Hilal asy-Syaibani adalah seorang ulama hadits terkemuka, baik pada masanya ataupun sesudahnya.
Kelahiran Imam Hambali: Menurut sebagian riwayat, beliau dilahirkan di kota Marwin, kemudian dalam keadaan masih kecil beliau dibawa ibunya ke Baghdad.
Akan tetapi menurut riwayat yang masyhur, bahwa beliau dilahirkan di kota Baghdad pada bulan Rabi'ul Awwal tahun 164 H (780 M), tepatnya pada masa pemerintahan Islam dipegang oleh Khalifah Muhammad al-Mahdi dari Bani 'Abbasiyyah yang ke 3.
Masa Kecil Imam Ahmad (Imam Hambali)
Sejak kecil, Imam Ahmad meskipun dalam keadaan yatim dan miskin, namun berkat bimbingan ibunya yang shalihah beliau mampu menjadi manusia yang teramat cinta kepada ilmu, kebaikan dan kebenaran.
Dalam usianya yang masih dini yakni 16 tahun, setelah menamatkan pendidikannya di kota Baghdad beliau berangkat ke Kufah, Bashrah, Syam, Yaman, Jazirah, Makkah dan Madinah. Perjalanan yang jauh dan cukup melelahkan ini tidak ada bekal bagi Imam Ahmad selain dari semangat, keprihatinan dan doa ibunya.
Dikabarkan, demi untuk membiayai perjalanan keilmuan tersebut beliau sampai menyewakan pusaka ayahnya, yakni sebuah rumah dan baju bersulam. Demikian pula dalam suatu riwayat, ketika beliau kehabisan bekal di tengah perjalanan saat menuju kota Shan'a (Yaman), maka dengan penuh keprihatinan beliau terpaksa bekerja pada sebuah kafilah. Dan pada kesempatan lain guna menutupi kebutuhannya, beliau pun terpaksa menjual baju kurungnya. Hal itu beliau lakukan tiada lain demi memelihara dirinya daripada meminta atau ditolong.
Sungguh pun demikian, dalam suasana yang serba kekurangan itu, tekad Imam Ahmad di dalam menuntut ilmu tidak pernah berkurang. Bahkan lebih terpuji lagi, sekali pun beliau sudah menjadi Imam dan diikuti oleh banyak kaum muslimin, pekerjaannya menuntut ilmu dan mendatangi guru-guru yang lebih 'alim tidak pernah berhenti.
Melihat keteguhannya di dalam menuntut ilmu dan semangatnya yang tidak pernah pudar, seraya orang pun bertanya, "Sampai kapan engkau berhenti dari mencari ilmu, padahal engkau sekarang sudah mencapai kedudukan yang tinggi dan telah pula menjadi imam bagi kaum muslimin?" Maka beliau pun menjawabnya dengan singkat, "Beserta tinta sampai liang lahat."
Guru Guru Imam Ahmad (Imam Hambali)
Banyak sekali ilmu yang dipelajari oleh Imam Ahmad, dan beliau sangat menguasainya dalam setiap sisi. Terutama ilmu hadits, maka bidang yang satu ini hingga usia lanjut telah banyak menarik perhatiannya. Sehingga tidak saja sejuta hadits yang beliau hafal di luar kepala, akan tetapi sekaligus bersama mata rantai Sanad dan hal ihwal perawinya.
Betapapun jua, beliau dengan segenap ketekunannya memperoleh kelebihan yang langka dan jarang tandingannya ini adalah berkat guru-gurunya yang sangat terpilih, terkenal dan amat piawai dalam bidangnya. Misalnya dari kalangan Ahli Hadits adalah Yahya bin Sa'id al-Qathan, Abdurrahman bin Mahdi, Yazid bin Harun, Sufyan bin Uyainah dan Abu Dawud ath-Thayalisi. Sedang dari kalangan ahli fiqih adalah Waki' bin Jarrah, Muhammad bin Idris asy-Syafi'i dan Abu Yusuf, sahabat Abu Hanifah, dan lainnya.
#Karya-Karya Imam Ahmad bin Hanbal rahimahullah
Diantara karya-karya Imam Ahmad adalah sebagai berikut:
- Kitab Al Musnad, karya yang paling menakjubkan karena kitab ini memuat lebih dari dua puluh tujuh ribu hadits.
- Kitab at-Tafsir, namun Adz-Dzahabi mengatakan, “Kitab ini telah hilang”.
- Kitab an-Nasikh wa al-Mansukh
- Kitab at-Tarikh
- Kitab Hadits Syu'bah
- Kitab al-Muqaddam wa al-Mu'akkhar fi al-Qur`an
- Kitab Jawabah al-Qur`an
- Kitab al-Manasik al-Kabir
- Kitab al-Manasik as-Saghir
Sumber: https://id.wikipedia.org/wiki/Ahmad_bin_Hanbal
#Wafatnya Beliau
Beliau wafat tepat pada bulan kelahirannya, 12 Rabi'ul Awwal 241 H (855 M). Pada hari kewafatannya itu tidak kurang 130.000 (seratus tiga puluh ribu) kaum muslimin yang hendak menshalatkan dan 10.000 (sepuluh ribu) orang Yahudi-Nashrani yang masuk Islam penuh sesak meliputi kota Baghdad.
Mengenai hebatnya perasaan kaum muslimin saat itu atas kehilangan ulamanya, dapat diketahui dengan serentaknya menghentikan segala kegiatan dan berduyun-duyun untuk menshalatkan jenazahnya. Bahkan menurut ahli sejarah, belum pernah terjadi jenazah yang dishalatkan oleh orang sebanyak itu melainkan Ibnu Taimiyyah dan Ahmad bin Hanbal. Semoga Allah senantiasa memberikan rahmat atas keduanya. Aamiin.